PEENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KEBUDAYAAN SUMATRA BARAT

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terhadap perencanaan Bus Rapid
Transit (BRT) di Kota Sawahlunto dengan trayek Muaro Kalaban – Kandi maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Kota Sawahlunto memiliki zona sebanyak 37 zona kemudian berdasarkan trayek
Muaro Kalaban – Kandi, jumlah zona yang melingkup daerah tersebut menjadi 9
zona yaitu zona Muaro Kalaban, Kubang Sirakuk Utara, Kelurahan Pasar,
Kelurahan Saringan, Kelurahan Lubang Panjang, Kelurahan Durian I, Kelurahan
Durian II, Desa Santur, dan Desa Kolok Mudik.
b. Setelah dilakukan pembagian kuisioner terdapat karakteristik responden sebanyak
51% responden laki – laki dan 49% perempuan yang didominasi oleh usia 26 -24
tahun atau setara dengan pelajar SMA yang dilatarbelakangi pendidikan terakhir
SLTP. Hal ini sangat berpengaruh dengan data lainnya karena pelajar belum
memiliki pendapatan.
Apabila dilihat dari segi kepemilikan kendaraan =, mayoritas masyarakat
memiliki kendaraan biaya bermotor dengan biaya kendaraan paling banyak di
rentang biaya Rp. 11000 – Rp. 15000 sebesar 24 %. Dengan adanya kendaraan
pribadi tadi menyebabkan lebih dari setengah penduduk tidak menggunakan
angkutan umum. Sedangkan bagi pengguna angkutan umum lebih banyak
melakukan perjalanan selain daripada rumah, dikarenakan lebih memilih diantar
ke tempat tujuan dan memilih kendaraan umum umtuk kembali kerumah.
c. Sebanyak 79% atau sebesar 13990 orang masyarakat memilih untuk berpindah
dari kendaraan pribadi ke BRT. Jika diklasifikasikan berdasarkan usia maka usia
yang paling mendominasi untuk berpindah terdapat pada usia 16 -24 tahun yaitu
sebesar 37% kemudian disusul oleh usia 10 – 15 tahun, 40 – 54 tahun, 25 – 39
tahun, 55 – 65 tahun dan >65 tahun dengan presentase 19%, 10%, 10%, 5%, dan
2% berturut – turut.
d. Berdsarkan hasil yang diperoleh, kemampuan dan kemauan masyarakat dalam
membayar tarif Bus Rapid Transit berbeda – beda, tergantung dari kategori
masyarakat. Untuk kemampuan rata – rata masyarakat dalam membayar BRT
nantinya adalah sebesar Rp. 6655 dan kemauan rata – rata masyarakat dalam
membayar adalah sebesar Rp. 3266. Hal ini menghasilkan kecendrungan
42
masyarakat memliki kemampuan tarif yang lebih besar daripada kemauan dalam
membayar.
5.2 SARAN
Setelah dilakukan penelitian terhadap angkutan umum di Trayek Muaro Kalaban –
Kandi maka penulis menyarankan agar dilakukan revitalisasi terhadap angkutan umum,
karena hal ini didasari oleh pemilihan masyarakat yang membutuhkan kendaraan umum
yang layak pakai. Dan apabila memungkinkan penelitian ini diseminasikan ke Dinas
Perhubungan Kota Sawahlunto, untuk selanjutnya dijadikan jurnal sebagai pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Chengula, D., & Kombe, K. (2017). Assessment of the effectiveness of Dar Es Salaam
bus rapid transit (DBRT) system in Tanzania. Int. J. Sci, 36, 10-30.
Departemen Perhubungan, R. I. (2002). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan
Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan
Teratur. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Jakarta.
Giannopoulos, G. A. (1989). Bus planning and operation in urban areas: A practical
guide.
Hotmaida, B. (1999). Analisis Ability To Pay dan Willingness To Pay Tarif Angkutan
Umum Kota (Studi Kasus: Kotamadia Medan) (Doctoral dissertation, Tesis
Magister, Bidang Khusus Rekayasa Transportasi Program Magister Teknik Sipil
Program Pasca Sarjana ITB, Bandung).
DishubSawahlunto, (2015). Laporan Alhir Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok) Kota
Sawahlunto 2015.
Kusumawardani, D. M., Saintika, Y., & Romadlon, F. (2021, August). The smart
mobility insight of bus rapid transit (BRT) trans jateng purwokerto-purbalingga
ridership. In 2021 International Conference on ICT for Smart Society (ICISS) (pp.
1-5). IEEE.
Mishra, K., Sah, R. C., & Aithal, P. S. (2020). Operational Assessment of Public
Transport; A Case of Kathmandu, Nepal. International Journal of Case Studies in
Business, IT, and Education (IJCSBE), 4(2), 132-152.
Nizam, M. T., Astuti, P., & Manan, M. (2016). Persepsi Masyarakat Tentang Alternatif
Pemecahan Masalah Transportasi Di Jalan Riau Kota Pekanbaru. Jurnal Teknik
Sipil Unaya, 2(1), 1-12.
Prayudyanto, M. N. (2021). Perbandingan Kinerja Buy The Services Angkutan Umum
Massal Kota Metropolitan dengan Metode Biaya Operasional Kendaraan dan
Indeks Sustainabilitas. Jurnal Penelitian Transportasi Darat, 23(1), 55-71.
Tamin, O. Z., Rahman, H., Kusumawati, A., Munandar, A. S., & Setiadji, B. H. (1999).
Evaluasi tarif angkutan umum dan analisis ability To Pay (ATP) dan Willingness
To Pay (WTP) di DKI Jakarta. Jurnal Transportasi, 1(2), 121-135.
Undang – undang Republik Indonesia Nomor. 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Venter, C., Jennings, G., Hidalgo, D., & Valderrama Pineda, A. F. (2018). The equity
impacts of bus rapid transit: A review of the evidence and implications for
sustainable transport. International Journal of Sustainable Transportation, 12(2),
140-152.
Wirasinghe, S. C., Kattan, L., Rahman, M. M., Hubbell, J., Thilakaratne, R., & Anowar,
S. (2013). Bus rapid transit–a review. International Journal of Urban
Sciences, 17(1), 1-31.